Terima kasih kepad bapak Ridho Bayu Aji

Blog Ini selain sebagai Tugas Statistika juga sebagai media untuk memberitahukan kepada pembaca mengenai teknik sipil.

Ini Adalah Gambar dari survey kelompok kami

dengan sebuah dokumentasi secara langsung kelompok kami mengambil data dalam bentuk foto langsung di lapangan.

We Are Diploma Sipil

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan blog ini khusunya kelompok 3.

Kelompok 3

dengan sebuah pertemanan dan kerja sama yang baik kelompok kami bisa bekerja dengan baik.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 13 Mei 2014

faktor kerusakan jalan

Umumnya kerusakan yang terjadi pada konstruksi jalan tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, namun merupakan gabungan dari penyebab yang saling berhubungan. Kerusakan tersebut bisa disebabkan oleh :
1. Lalu-lintas yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban.
2. Air yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik, naiknya air dengan sifat kapilaritas.
3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan yang tidak baik.
4. Iklim. Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh sistem pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasar yang memang jelek.
6. Proses pemadatan di atas lapisan tanah dasar yang kurang baik.

Jenis Kerusakan pada Konstruksi Jalan.


Menurut Manual Pemeliharaan 1alan No : 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, kerusakan jalan dapat dibedakan at as :


1 Retak (cracking)
Retak (cracking) dan penyebabnya Retak yang terjadi pada lapisan permukaan jalan dapat dibedakan atas :
· Retak halus (hair cracking), lebar celah lebih kecil atau sarna dengan 3 mm, penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil. Retak halus ini dapat meresapkan air ke dalam lapis permukaan. Untuk pemeliharaan dapat dipergunakan lapis latasir, atau buras. Dalam tahap perbaikan sebaiknya dilengkapi dengan perbaikan sistem drainase. Retak rambut dapat berkembang menjadi retak kulit buaya.
· Retak kulit buaya (alligator cracks), lebar celah lebih besar atau sarna dengan 3 mm. Saling merangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang kurang baik, pelapukan permukaan, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil, atau bahan lapis pondasi dalam keadaan jenuh air (air tanah baik). Umumnya daerah dimana terjadi retak kulit buaya tidak luas. Jika daerah dimana terjadi retak kulit buaya luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalulintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapis an permukaan tersebut. Retak kulit buaya untuk sementara dapat dipelihara dengan mempergunakan lapis burda, burtu, ataupun lataston, jika eelah ~ 3 mm. Sebaiknya bagian perkerasan yang telah mengalami retak kulit buaya akibat air yang merembes masuk ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki dengan eara dibongkar dan membuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan yang sesuai. Perbaikan harus disertai dengan perbaikan drainase di sekitarnya. Kerusakan yang disebabkan oleh beban lalulintas harus diperbaiki dengan memberi lapis tambahan. Retak kulit buaya dapat diresapi oleh air sehingga lama kelamaan akan menimbulkan lubang-lubang akibat terlepasnya butir-butir.
· Retak pinggir (edge cracks), retak memanjang jalan dengan atau tanpa eabang yang mengarah ke bahu jalandan terletak dekat bahu. Retak ini disebabkan oleh tidak baiknya sokongan dari arah samping, drainase kurang baik, terjadinya penyusutan tanah, atau terjadinyasettlement di bawah daerah tersebut. Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak pinggir ini. Di lokasi retak, air dapat meresap yang dapat semakin merusak lapis permukaan.Retak dapat diperbaiki dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir. Perbaikan drainase harus dilakukan, bahu jalan diperlebar dan dipadatkan. Jika pinggir perkerasan mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki dengan mempergunakan hotmix. Retak ini lama kelamaan akan bertambah besar disertai dengan terjadinya lubang-Iubang.
· Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint cracks), retak memanjang yang umumnya terjadi pada sambungan bahu dengan perkerasan. Retak dapat disebabkan dengan kondisi drainase di bawah bahu jalan lebih buruk dari pada di bawah perkerasan, terjadinyasettlement di bahu jalan, penyusutan material bahu atau perkerasanjalan, atau akibat lintasan trucklkendaraan berat di bahu jalan. Perbaikan dapat dilakukan seperti perbaikan retak refleksi.
· Retak sambungan jalan (lane joint cracks), retak memanjang yang terjadi pada sambungan 2 lajur lalulintas. Hal ini disebabkan tidak baiknya ikatan sambungan kedua lajur.Retak sambungan pelebaranjalan (widening cracks), adalah retak memanjang yang terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Hal ini disebabkan oleh perbedaan daya dukung di bawah bagian pelebaran dan bagian jalan lama, dapat juga disebabkan oleh ikatan antara sambungan yang tidak baik. 
· Retak refleksi (reflection cracks), retak memanjang, melintang, diagonal, atau membentuk kotak. Terjadi pada lapis tambahan (overlay) yang menggambarkan pol a retakan di bawahnya. Retak refleksi dapat terjadi jika retak pada perkerasan lama tidak diperbaiki secara baik sebelum pekerjaan overlay dilakukan. Retak refleksi dapat pula terjadi jika gerakan vertikal/horozontal di bawah lapis tambahan sebagai akibat perubahan kadar air pada jenis tanah yang ekspansif.
· Retak susut (shrinkage cracks), retak yang saling bersambungan membentuk kotak­kotak besar dengan sudut tajam. Retak disebabkan oleh perubahan volume pada lapisan permukaan yang memakai aspal dengan penetrasi rendah, atau perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar. Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir dan melapisi dengan burtu.
· Retak selip (slippage cracks), retak yang bentuknya melengkung seperti bulan sabit. Hal ini terjadi disebabkan oleh kurang baiknya ikatan antara lapis permukaan dengan lapis di bawahnya. Kurang baiknya ikatan dapat disebabkan oleh adanya debu, minyak, air, atau bend a non-adhesif lainnya, atau akibat tidak diberinya tack coat sebagai bahan pengikat di antara kedua lapisan. Retak selip pun dapat terjadi akibat terlau banyaknya pasir dalam campuran lapisan permukaan, atau kurang baiknya pemadatan lapis permukaan. Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian yang rusak dan menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.


2 Distorsi (distortion)


Distorsi (Distortion) Distorsilperubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalulintas. Sebelum perbaikan dilakukan sewajarnyalah ditentukan terlebih dahulu jenis dan penyebab distorsi yang terjadi. Dengan demikian dapat ditentukan jenis penanganan yang cepat. Distorsi (distrotion) dapat dibedakan atas :


· Alur (ruts), yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Alur dapat merupakan tempat menggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan, dan akhirnya dapat timbul retak-retak. Terjadinya alur disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat, dengan demikian terjadi tambahan pemadatan akibat repetisi beban lalulintas pada lintasan roda. Campuran aspal dengan stabilitas rendah dapat pula menimbulkan dejormasi plastis. Perbaikan dapat dilakukan dengan memberi lapisan tambahan dari lapis permukaan yang sesuai.


· Keriting (corrugation), alur yang terjadi melintang jalan. Dengan timbulnya lapisan permukaan yang keriting ini pengemudi akan merasakan ketidaknyamanan mengemudi. Penyebab kerusakan ini adalah rendahnya stabilitas campuran yang berasal dari terlalu tingginya kadar aspal, terlau banyak mempergunakan agregat halus, agregat berbentuk bulat dan berpermukaan penetrasi yang tinggi. Keriting dapat juga terjadi jika lalulintas dibuka sebelum perkerasan mantap (untuk perkerasan yang mempergunakan aspal cair).


· Sungkur (shoving), deformasi plastis yang terjadi setempat, di tempat kendaraan sering berhenti, kelandaian euram, dan tikungan tajam.


· Amblas (grade depressions), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Amblas dapat terdetcksi dengan adanya air yang tergenang. Air tergenang ini dapat meresap ke dalam lapisan perkerasan yang akhirnya menimbulkan lubang. Penyebab amblas adalah beban kendaraan yang melebihi apa yang direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalamisettlement.


· Jembul (upheaval), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat adanya pengembangan tanah dasar pada tanah dasar ekspansif.






3 Cacat permukaan (disintegration)


Cacat permukaan (disintegration), yang mengarah kepada kerusakan secara kimiawi dan mekanis dari lapisan perkerasan. Yang termasuk dalam cacat permukaan ini adalah :


· Lubang (potholes), berupa mangkuk, ukuran bervariasi dari kecil sampai besar. Lubang-Iubang ini menampung dan meresapkan air ke dalam lapis permukaan yang menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan.


· Pelepasan butir (ravelling), dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan oleh hal yang sarna dengan lubang. Dapat diperbaiki dengan memberikan lapisan tambahan di at as lapis an yang mengalarni pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan, dan dikeringkan.


· Pengelupasan lapisan permukaan (stripping), dapat disebabkan oleh kurangnya ikatan antara lapis permukaan dan lapis di bawahnya, atau terlalu tipisnya lapis permukaan. Dapat diperbaiki dengan cara digaruk, diratakan, dan dipadatkan. Setelah itu dilapisi dengan buras.






4 Pengausan (polished aggregate)





Pengausan (Polished Aggregate) Permukaan jalan menjadi licin, sehingga membahayakan kendaraan. Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan, atau agregat yang dipergunakan berbentuk bulat dan licin, tidak berbentuk cubical. Dapat diatasi dengan menutup lapisan dengan latasir, buras, atau latasbun.

metode perhitungan




Dalam bidang ketekniksipilan perlu adanya sebuah referensi atau sebuah data yang dijadikan sebuah acuan dalam melaksanakan pengujian atau penelitian. Teknik sipil juga membutuhkan sebuah kepastian data yang berguna untuk menganalisa sebuah permasalahan yang timbul dalam sebuah pelaksanaan. Pada makalah ini akan dijelaskan bagaimana cara menganalisa data yang akan digunakan sebagai acuan perencanaan dalam pembuatan jalan raya yang tahan akan kerusakan sehingga bisa mengurangi angka kecelakaan kendaraan bermotor. 

Kerusakan jalan sering terjadi sehingga pemerintah harus sering kali membenahi dan merenovasi bangunan transportasi yang diakibatkan oleh faktor luar seperti curah hujan, temperature, bahkan disebabkan oleh beban berlebih yang dibawa oleh kendaraan yang melintasi jalan tersebut. 

Oleh karena itu dalam bidang teknik sipil dalam membangun fasilitas jalan sangat membutuhkan data pengaruh beban berlebih pada kendaraan yang mengakibatkan kerusakan pada jalan sehingga meningkatkan faktor kecelakaan bagi pengguna jalan. Dengan data yang telah diperoleh maka akan dilakukan perhitungan-perhitungan statistik yang nanti akan memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Dalam analisa ini metode yang digunakan adalah dengan pendekatan sebuah rata-rata, standard deviasi, regresi linier dan penarikan kesimpulan. 

Salah satu faktor penyebab rusaknya jalan yaitu pembebanan yang berulang pada jalan, daya rusak jalan akan meningkat seiring dengan banyaknya kendaraan yang membawa muatan yang melebihi batas/jumlah beban ijin(JBI). Muatan truk berlebih mencapai 50% mempengaruhi biaya pemeliharaan jalan hingga 2,5 kali terhadap rencana biaya pemeliharaan rutin per tahun dalam rentang waktu masa layak. Dengan kondisi seperti itu pemerintah cenderung mengabaikan proses perbaikann pada kerusakan jalan karena faktor biaya pemeliharaan jalan yang meningkat. Berikut merupakan data perbandingan antara muatan sesuai JBI dan ,muatan berlebih 50%

Table 1. Data Perbandingan antara Muatan sesuai JBI dan Muatan Berlebih 50%

Tahun

Muatan Sesuai JBI


Muatan Berlebih 50%



Jumlah

IRI

Jumlah

IRI



ke
Lalulintas
CESAL
Pemeliharaan
Lalulintas
CESAL
Pemeliharaan


Prediksi
Prediksi



Truk


Truk













1
234.618
879.816
2.138
Rutin
156.412
2.973.387
2.522
Rutin


2
248.695
932.605
2.289
Rutin
165.796
3.151.790
3.081
Rutin


3
263.616
988.561
2.442
Rutin
175.744
3.340.897
0.681
Rutin


4
279.433
1.047.875
2.608
Rutin
186.289
3.541.351
4.322
Rutin


5
296.199
1.110.747
2.784
Rutin
197.466
3.753.832
5.009
Berkala


6
313.971
1.177.392
2.971
Rutin
209.314
3.979.062
2.688
Rutin


7
332.810
1.248.036
3.169
Rutin
221.873
4.217.806
3.426
Rutin


8
352.778
1.322.918
3.380
Rutin
235.185
4.470.874
4.217
Rutin


9
373.945
1.402.293
3.604
Rutin
249.297
4.739.127
5.065
Berkala


10
396.381
1.486.430
3.841
Berkala
264.254
5.023.474
2.861
Rutin

            Setelah mengetahui adanya data yang menunjukkan pelanggaran pada kendaraan yang membawa muatan melebihi batas jumlah beban ijin (JBI), bisa mempengaruhi / meningkatkan angka kecelakaan yang disebabkan kerusakan jalan. Berikut data yang menunjukkan angka kecelakaan di daerah kota/kabupaten Bali pada tahun 2011.
Table 2Banyaknya Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Akibat Kecelakaan dan Nilai Kerugian Menurut Kabupaten/ Kota di Bali, 201
Kabupaten/Kota               Regency/City
Kejadian  Accidents
Meninggal Dunia          Dead
Luka Berat   Seriously Injured
Luka Ringan   Slightly Injured
Kerugian             Material                  Value of Losses (000 Rp)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
  1.
Jembrana
  252  
  71  
  7  
  387  
1 132 235  
  2.
Tabanan
  326  
  57  
  176  
  370  
 725 975  
  3.
Badung
  205  
  61  
  176  
  115  
 409 250  
  4.
Gianyar
  404  
  96  
  258  
  367  
 457 135  
  5.
Klungkung
  123  
  29  
  10  
  188  
 82 710  
  6.
Bangli
  41  
  26  
  4  
  38  
 28 400  
  7.
Karangasem
  185  
  56  
  121  
  169  
 270 250  
  8.
Buleleng
  635  
  79  
  191  
  906  
 742 875  
  9.
Denpasar
  832  
  126  
  612  
  738  
1 062 175  
Jumlah / Total :
 3 003  
  601  
 1 555  
 3 278  
4 911 005  

Tabel di bawah ini akan menunjukkan bagaimana perbandingan yang terjadi setiap tahunnya antara angka kecelakaan dengan panjang jalan yang rusak.

Table 3Perbandingan Jumlah Jalan Yang Rusak dan Angka Kecelakaan di Bali                                 
Tahun
Panjang Jalan yang Rusak (km)
Angka Kecelakaan  (ribuan)
2007*
7493,09
2217,260
2008*
7493,09
1977,505
2009*
7493,09
2973,870
2010*
7504,14
3376,495
2011
7504,14
4911,005
ket : * jumlah jalan yang rusak pada tahun tersebut + jalan kabupaten yang rusak tahun 2011







About this blog